Sejarah Kereta Api Prameks
Kereta Api (KA) Prambanan Ekspress yang biasa disingkat Prameks tentu tak asing bagi warga Kebumen, Purworejo, Yogyakarta, Klaten, dan Surakarta. Kereta komuter yang merayapi jalur mulus antara Kutoarjo-Yogya-Solo ini memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selatan Jawa.Meski sering naik, belum tentu orang mengenal sejarah KA ini, termasuk penulis. Minimnya literatur mengenai kereta unik ini membuat tidak banyak orang tahu sejarahnya. namun, kecelakaan yang dialami KA Prameks pada medio Oktober 2012 membuat penulis waktu itu tertarik untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Prameks. Setelah bertanya ke beberapa pihak dan mencari bahan di internet, akhirnya berhasil disusun sejarah singkat kereta ini.
Belum lengkap apalagi sahih secara menyeluruh. Namun, semoga saja tulisan ini menginspirasi masyarakat terutama Railfans untuk menggali sejarah KA Prameks ini...
Awal mula keberadaan Prameks dimulai dengan beroperasinya Kereta Rel Diesel (KRD) Kuda Putih pada era 1960-1970an.
Kereta ini disebut Kuda Putih karena memiliki logo kuda di atas jendela masinis dan merupakan KRD pertama di Indonesia. Kereta yang berjalan dengan dua unit kereta ini menghubungkan Yogya-Solo.
KA Kuda Putih cikal bakal pertama KA Prameks, mulai beroperasi pada tahun 1960-1970'an |
“Ada yang bilang versi KRD percobaan tapi banyak pula yang bilang itu bekas Kereta Rel Listrik (KRL) yg dimodifikasi menjadi KRD,” jelas Soegeng ketika dihubungi penulis. Namun Ia menolak berspekulasi mengenai kepastian awal mula keberadaan KRD Kuda Putih karena miskinnya data sejarah perkeretaapian.
Pada akhir 1980an operasional kereta ini ditutup karena kerusakan pada armada yang tidak dapat diperbaiki lagi. Soegeng melanjutkan, sama dengan nasib KRDE (Prameks Kuning) dan KRDH (Prameks Janda/ungu), armada KRD Kuda Putih rusak karena tidak ada spareparts dan miskin perawatan.
“Padahal saat itu okupansi banyak. Bahkan sejarah lesehan Pramekers sudah tampak waktu itu. Banyak penumpang berebutan (naik KRD Kuda Putih) karena ada kebanggaan bisa naik terbawa Kuda Putih. Mereka yang sudah dan sempat naik akan bercerita ke teman-temannya. Kalau hari minggu, kebanyakan orangtua momong anak-anaknya sambil naik Kuda Putih,” ulas Soegeng.
KA Kuda Putih di Stasiun KA Solo Balapan |
“Ya, sejak lama kan orang-orang keretaapi tidak paham pelayanan. Tidak ada kereta yang dibutuhkan masyarakat Jogja-Klaten-Solo ya mereka tidak merasa berdosa. Mereka kan merasa masyarakat yang butuh keretaapi. Mereka tidak butuh masyarakat. Kalau mereka butuh masyarakat (konsumen) mestinya kan ada upaya mengganti Kuda Putih/ Prameks,” tegas Soegeng.
Paska dinonaktifkan, armada KA Kuda Putih mangkrak di dipo Solo Balapan. Namun mulai akhir 2011 KRD Kuda Putih yang tersisa telah diselamatkan dan di bawa ke sebelah timur stasiun Lempuyangan dan direncanakan menjadi Kereta Pustaka.
Selanjutnya, setelah tidak beroperasinya KRD Kuda Putih, selama beberapa waktu jalur KA Yogya-Solo tidak memiliki armada KA Komuter. Barulah pada 20 Mei 1994 KA Prameks Solo–Yogyakarta pergi pulang (PP) kali pertama diluncurkan menggunakan empat rangkaian kereta kelas bisnis yang ditarik oleh lokomotif diesel dengan tarif Rp 2000 rupiah. Rangkaian ini memakai armada KA Senja Utama Solo yang beroperasi hanya pada malam hari. Karena pada siang harinya tidak digunakan, armada kemudian dioperasikan sebagai KA Prameks.
KA Prameks pada th 1998, Gerbong KA diambil dari Senja Utama Solo & Senja Ekonomi (Bengawan) |
Setelah pola keberangkatannya diubah sesuai dengan keinginan pelanggan menjadi lima kali PP sehari, maka pada masa angkutan Lebaran 1998, manajemen PT KA (Persero) mengganti rangkaian kereta yang ditarik oleh lokomotif menjadi tiga set rangkaian KRD (kereta rel diesel).
Sayangnya, karena rangkaian KRD ini telah uzur (buatan tahun 1980-an), KA Prameks sering mengalami kerusakan yang mengakibatkan keterlambatan. Akhirnya Ditjen KA Dephub bersama manajemen PT KA menambah satu set armada Prameks berupa Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) prototipe pertama dari PT Inka Madiun pada 1 Maret 2006.
Rangkaian ini adalah yang pertama kali dioperasikan di Indonesia. KRDE ini merupakan modifikasi dari KRL buatan BN/Holec ("Belgien-Nederland-Holland Electric", perusahaan KA Belanda-Belgia), Belgia, yang dimodifikasi oleh PT INKA dengan mengganti sumber daya menggunakan satu mesin diesel.
Lima unit kereta Prameks per rangkaian KRDE tersebut terdiri atas satu unit kereta mesin (engine, KDE) diesel, satu unit kereta ko-trailer, dua unit kabin trailer dan satu unit trailer ditambah kabin masinis. KRDE ini diberi kode KDE-3, yang berarti KRDE kelas ekonomi.
Sejak 13 Maret 2006, KA Prameks ditambah sebanyak dua perjalanan sehingga total terdapat tujuh kali perjalanan PP. Seiring dengan dioperasikannya jalur rel ganda Yogyakarta-Kutoarjo pada 29 September 2007 dan sekaligus untuk memenuhi permintaan masyarakat Kulonprogo dan Purworejo, PT KA Daop VI Yogyakarta sejak 15 Oktober 2007 mulai melakukan uji coba perjalanan KA Prameks Yogyakarta-Kutoarjo-Solo Balapan PP dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari.
Dengan bertambahnya dua set KRDE yang diluncurkan oleh Menhub di Stasiun Solo Balapan, 16 Februari 2008, pola operasi KA Prameks Solo-Yogyakarta mengalami peningkatan dari tujuh kali menjadi sepuluh kali PP, sedangkan Solo - Yogyakarta - Kutoarjo menjadi empat kali PP. Kereta api ini juga sekarang berhenti di Stasiun Maguwo (Bandara Adisucipto), sebagai bagian dari sistem terpadu transportasi Yogyakarta yang menghubungkan sarana transportasi umum darat (bus TransJogja dan taksi), kereta api, dan pesawat terbang.
KA Prameks dengan gerbong terbarunya tahun 2014 |
Sumber Informasi :
http://sangpengamat.blogspot.com/2014/12/prambanan-ekspres-sejarah-ka-komuter-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar